13 Apr 2011

Hemofilia Banyak Serang Anak Laki-Laki

twinklestar -  bermain merupakan cara anak-anak untuk bersosialisasi dan menghabiskan lebih banyak waktu. Saking semangatnya bermain, anak merasa terbiasa dengan benturan maupun posisi terjatuh yang menyebabkan luka tergores dan mengeluarkan darah. Kejadian semacam ini tidak bisa dianggap biasa oleh anak dengan hemofilia.

Benturan maupun luka sekecil apapun sangat membahayakan nyawa anak hemofilia. Mengapa? Sebab darah yang keluar tidak akan ataupun sulit berhenti mengucur.

Hemofilia adalah gangguan pembekuan darah yang diturunkan dari ibu kepada anaknya saat dilahirkan (penyakit yang menempel di kromosom X). Hemofilia hanya diderita oleh anak laki-laki. Anak perempuan akan menderita hemofilia jika ayahnya seorang hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat (carrier) tapi itu sangat jarang terjadi. Darah seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal, yakni tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal.

Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan pendarahan di bawah kulit, seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktivitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lutut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika pendarahan terjadi pada bagian organ tubuh vital seperti pendarahan di otak.

"1 dari 10.000 populasi menderita hemofilia, menurut World Federation of Hemophilia. Pada tahun 2006, Indonesia sendiri telah diketahui sebanyak 1236 anak laki-laki hingga pria dewasa menderita hemofilia. Tapi hemofilia dapat dideteksi dan diobati. Anak bisa berkembang menjadi pria dewasa yang produktif," jelas Prof DR dr Moeslichan SpA(K), Ketua Himpunan Masyarakat Hemofili Indonesia (HMHI) yang ditemui okezone saat media gathering World Hemophilia Day di MRCCC Siloam Hospitals, Semanggi, Jakarta, Rabu (13/4/2011).

Hemofilia terbagi atas dua jenis, yakni hemofilia A (hemofilia kekurangan faktor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah, yang dikenal juga dengan nama hemofilia klasik, karena jenis ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah) dan hemofilia B (hemofilia kekurangan faktor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah).

"Di Indonesia, lebih banyak yang terkena hemofilia A, yaitu lima kali lipat daripada hemofilia B. Hemofilia B sendiri lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang. Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit, atau suku bangsa. Di sebuah rumah sakit di bilangan Salemba, saya menemukan penderita hemofilia termuda yakni bayi yang baru dilahirkan," papar Prof DR dr Moeslichan SpA(K).

Penderita hemofilia harus menjalani proses suntikan berupa faktor 8 dan 9. Suntikan tidaklah murah, sebab di dunia internasional, 1 unit suntikan dapat dihargai USD0,5 (sekira Rp4300). Satu botol cairan suntikan, bisa berisi 250, 500, dan 1000 unit yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan dan tingkat keparahan penderita. Sungguh biaya yang tidak sedikit, karena pasien harus menjalani suntikan seumur hidup dan disarankan dilakukan tiga kali sepekan.

"Beruntung, rumah sakit besar telah menyediakan pengobatan ini. Jika tidak ditangani dengan baik, anak akan meninggal dunia maupun tumbuh cacat. Waspadai jika anak atau bayi Anda mimisan, biru/lebam di kulit, bengkak sendi/otot, tiba-tiba sulit berjalan, pendarahan sulit berhenti antara lain setelah sunat," tambah Prof DR dr Moeslichan SpA(K).

Dalam rangka menyambut Hari Hemofilia Sedunia yang jatuh pada Minggu (17/4/2011), MRCCC Siloam Hospitals akan menggelar seminar gratis bagi Moms untuk mengenal gejala hemofilia pada anak. Seminar akan dihelat Sabtu (16/4/2011) dan di hari yang sama diberlakukan program screening hemofilia murah hingga akhir Mei 2011.

"Dengan hanya merogoh kocek Rp155 ribu, anak dapat menjalani tiga screening tes hemofilia dan jika kami menemukan keganjalan pada darah, penelitian lebih lanjut akan diteruskan," ungkap dr Eka Tjokrosetio SpPK selaku Coordinator Clinical Patology Division yang ditemui usai acara.

2 komentar:

Posting Komentar